Miyabi dan Dekadensi Moral Bangsa

Mau di Demo FPI Maxima berdalih saat itu, tapi ada banyak hal yang bisa kita petik hikmahnya dari kontroversi Miyabi.
Di tengah-tengah santernya pemberitaan mengenai korban gempa Sumatera Barat, penyusunan kabinet baru SBY, kasus KPK dan perburuan teroris, kini publik Indonesia kembali disuguhkan berita sensasional, yaitu rencana kedatangan artis porno negeri Jepang, Maria Ozawa atau yang lebih dikenal dengan Miyabi ke Indonesia. Salah satu rumah produksi film Indonesia akan menggunakan Miyabi sebagai bintang film komedi berjudul “Menculik Miyabi” yang direncanakan mulai syuting pada bulan Oktober ini. Walaupun, kemungkinan besar akan batal karena mendapat banyak pertentangan, tetapi kabar ini terlanjur menggelinding dan menjadi perbincangan publik.

Tentu saja, rencana kedatangan Miyabi yang notabenenya adalah artis film dewasa ini kembali mengusik ketenangan berbagai elemen masyarakat, terutama umat muslim. Alasannya, pada diri Miyabi sudah melekat sebagai bintang seronok, sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan dapat merusak moral bangsa, terutama generasi muda. Walaupun sang sutradara berjanji, tidak akan ada adegan atau penampilan yang vulgar dari Miyabi pada film tersebut. Yang jelas, kasus ini semakin menambah deretan panjang film-film “berselera rendah” yang hanya mengandalkan sensasional, yang sengaja diciptakan agar menjadi pro-kontra di masyarakat.

Imbasnya, dari maraknya pemberitaan tentang Miyabi di berbagai media, seperti koran, majalah, TV, bahkan di dunia maya, artis yang sudah mengenal seks sejak usia 13 tahun ini, namanya benar-benar mencuat di berbagai kalangan. Jika sebelumnya, di Indonesia Miyabi lebih dikenal oleh kalangan tertentu saja, terutama penggemar DVD film-film biru, kini Miyabi menjadi populer dan membuat penasaran bagi yang belum pernah melihatnya.

Lihat saja, pengakuan pengelola warnet yang ada di Bogor Jawa Barat misalnya, kini warnetnya tiap hari diserbu oleh pengunjung, mulai dari kalangan pelajar hingga dewasa. Sebagian besar mereka hanya ingin browsing perihal Miyabi, seperti halnya yang dilansir okezone.com. Bahkan, diberitakan di salah satu stasiun TV, DVD Miyabi menjadi barang yang paling dicari, sehingga harganya menjadi naik tiga kali lipat. Jika terjadi seperti ini, lantas sebenarnya siapakah yang mendulang untung dan siapakah yang menjadi korban?

Memang, dari segi ilmu marketing, menggelindingkan hal-hal yang kontroversi menjadi salah satu strategi yang ampuh untuk mendongkrak popularitas, termasuk yang dilakukan rumah produksi film dengan mendatangkan Miyabi. Terbukti, film “Menculik Miyabi” menjadi terkenal dan diperbincangkan banyak orang, walaupun syutingnya saja belum dimulai. Padahal kita tahu, biaya publikasi untuk sebuah film saja dapat menelan biaya miliaran rupiah.

Dekadensi Moral
Sebenarnya, kasus Miyabi ini hanya salah satu dari sekian banyak penyebab terjadinya kemerosotan moral dan spiritual terutama para generasi muda melalaui tayangan-tayangan film. Berapa banyak tindak asusila yang dilakukan oleh remaja gara-gara terinspirasi oleh film yang ditontonnya. Ini membuktikan bahwa, ada korelasi positif antara perilaku orang dengan tayangan-tayangan yang biasa dilihatnya.

Dalam kasus Miyabi, walaupun produser meyakinkan bahwa hanya akan membuat film komedi yang di dalamnya tidak ada unsur mesum, tetapi harus dilihat juga dampak yang ditimbulkan secara luas. Sekarang ini, hampir masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mengenal nama Miyabi sebagai bintang film porno asal Negeri Sakura tersebut. Dan akhirnya secara naluriah, masyarakat dibuat penasaran oleh sosok Miyabi ini, yang kemudian ramai-ramai memburu film-filmnya.

Padahal, ketika tidak dipublikasikan saja, peredaran film porno di Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Bahkan ada yang menyebut, bahwa Indonesia menjadi surga porno ke-2 di dunia. Dan dalam dunia film porno tingkat internasional, dikabarkan bahwa Miyabi merupakan bintang film porno terfavorit di dunia. Peredaran film-film sex begitu luas memasuki berbagai negara termasuk Indonesia.

Celakanya saat ini ada kabar juga bahwa film porno yang dibintangi Miyabi termasuk yang paling digemari di Indonesia termasuk oleh mereka yang masih berusia remaja. Lebih dari itu tidak sedikit di antara mereka yang menjadikan Miyabi sebagai idola. Di sebuah kabar, seorang artis Indonesia dengan terang-terangan mengaku sebagai penggemar berat Miyabi dan ia memiliki koleksi film porno yang dibintangi oleh Miyabi sebagaimana dilansir oleh kompasiana.com.

Oleh karena itu, kedatangan Miyabi ke Indonesia jelas-jelas sebagai ancaman yang akan semakin meruntuhkan sendi-sendi moral dan agama yang saat ini semakin tergerus seiring perkembangan jaman, terutama generasi penerus kita.

Dan jika Miyabi benar-benar didatangkan, maka nilai benar dan salah terhadap pornografi akan menjadi kabur, apalagi dia diundang sebagai tamu terhormat, bahkan menjadi bintang film. Tentu saja, sang bintang film porno itu akan menjadi idola bagi masyarakat kita. Secara alamiah, tingkah laku seorang idola, biasanya akan dicontoh oleh para penggemarnya.

Maka, kita semua tentu saja tidak menginginkan melihat generasi muda kita mencontoh tingkah laku Miyabi dalam film-film porno yang dibintanginya tersebut. Sehingga, sudah saatnya Undang-undang anti pornografi yang telah berlaku di Indonesia harus benar-benar ditegakkan oleh semua pihak, termasuk para penggarap film.

Peran Media Massa
Di era sekarang ini, peran media massa menjadi sentral dalam mempengaruhi opini dan perilaku masyarakat, termasuk dalam pemberantasan pornografi di Indonesia. Tetapi apa yang dilakukan media saat ini, masih jauh dari harapan. Sebab ditengarai, tidak sedikit program di stasiun TV saat ini lebih menonjolkan nilai komersialnya, ketimbang pesan moral, apalagi soal pendidikan.

Seperti halnya rencana kedatangan Miyabi pun, menjadi bahan berita yang paling laris untuk disuguhkan kepada khalayak. Alasannya, karena terjadi pro dan kontra di masyarakat. Tetapi menurut hemat penulis, berita-berita yang ditayangkan sudah kebablasan, bahkan cenderung menggiring publik untuk menggali lebih jauh tentang Miyabi. Dalam setiap narasi berita yang menyuguhkan berita pro-kontra Miyabi, selalu menyisipkan adegan-adegan Miyabi dalam film porno, walaupun tidak terlalu vulgar. Menurut ilmu psikologi, justru suguhan yang nyrempet-nyrempet ini yang menimbulkan permainan imajinasi seseorang, sehingga mengundang penasaran yang luar biasa.

Bahkan, ada stasiun TV yang khusus menayangkan profil Miyabi sebagai bintang film dewasa yang paling digemari. Sungguh hal yang ironis dan kontraproduktif, dalam upaya pemberantasan pornografi. Maka, seharusnya yang ditonjolkan adalah nilai moral, agama dan edukasi dalam rangka untuk memperbaiki mental masyarakatnya. Sehingga opini yang muncul adalah kebencian terhadap pornografi beserta pelakunya sekaligus dampak negatif bagi kehidupan di masyarakat secara luas.

Tidak hanya kasus Miyabi, tetapi juga program-program TV yang lain. Oleh karena itu, sudah saatnya, kita mengetuk hati para petinggi, atau pejabat yang ada di stasiun TV, supaya tidak hanya semata-mata mengejar rating demi meraih untung sebesar mungkin. Juga di dalamnya para pemasang iklan, supaya tayangan iklan juga dibuat dengan nilai-nilai moral yang berlaku di negeri ini.

Semoga, kasus Miyabi ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua yang tengah tertatih-tatih untuk kembali bangkit dari berbagai musibah yang melanda negeri ini. Sudah saatnya, bangsa ini benar-benar kapok dan bertaubat, untuk tidak lagi bermesraan dengan kemaksiatan, termasuk dengan Miyabi dan sekutunya, semoga!
Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar